BAB I
PENDAHULUAN
Resistivitas (ρ) adalah kemampuan
suatu bahan untuk mengantarkan arus listrik yang bergantung terhadap besarnya
medan istrik dan kerapatan arus. Semakin besar resistivitas suatu bahan
maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan untuk menimbulkan sebuah
kerapatan arus. Satuan untuk resistivitas adalah Ω.m.
Batuan adalah material yang mempunyai
daya hantar listrik dan harga tahanan jenis tertentu. Batuan yang sama belum
tentu mempunyai tahanan jenis yang sama. Sebaliknya harga tahanan jenis yang
sama bisa dimiliki oleh batuan berbeda, hal ini terjadi karena nilai
resistivitas atau tahanan jenis batuan memiliki rentang nilai yang bisa saling
tumpang tindih.
Ø Sifat Kelistrikan Batuan
Setiap
batuan memiliki karakteristik tersendiri tak terkecuali dalam hal sifat
kelistrikannya. Salah satu sifat batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan
jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus
listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan
tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan harga
resistivitasnya, batuan digolongkan dalam 3 kategori yakni :
1. Konduktor
baik : 10-6
< ρ < 1 Ωm
2. Konduktor
sedang : 1 < ρ < 107 Ωm
3. Isolator
: ρ > 107
Ωm
Batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik
yang besarnya tergantung pada frekuensi arus yang dimasukkan, jadi bukan
seperti tahanan murni dimana harga resistivitas tidak tergantung pada frekuensi.
Resistivitas batuan tergantung pada frekuensi disebabkan Karena adanya sifat
kapasitif yang terjadi pada bidang batas antara bagian padat dan larutannya.
Sifat kapasistif terjadi karena adanya penumpukan muatan negatif pada permukaan
bagian padat dan penumpukan ion positif pada larutannya, jajaran muatan ini
disebut “electrical double layer”atau lapisan kembar listrik. Jadi secara
analogi rangkaian listrik, seolah-olah resistivitas batuan terdiri dari tahanan
murni yang terpasang seri dan paralel dengan suatu kapasitor.
Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari
batuan bila dialirkan arus listrik kedalamnya. Arus listrik ini dapat berasal
dari alam itu sendiri akibat terjadinya ketidakseimbangan ataupun arus listrik
yang sengaja dimasukkan kedalamnya.
Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionic
atau kovalen. Karena adanya ikatan ini maka batuaan mempunyai sifat
menghantarkan arus listrik.
Aliran arus listrik dalam batuan
dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik,
konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.
Ø
Konduksi secara elektronik.
Konduksi ini terjadi jika batuan atau
mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam
batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini
juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang di
lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah
resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk
menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka
semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula
sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi
(hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga
bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan
resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri.
Resistansi atau tahanan listrik adalah
ukuran kemampuan bahan untuk menentang arus listrik (R) merupakan ketahanan
suatu konduktor penampang seragam. Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang
L, luas penampang A, dan resistansi R, maka dapat di rumuskan:
dengan
:
R= resistansi (Ohm W)
r= resistivitas
(ohm meter, Wm)
l=
panjang penghantar (m)
A= diameter/ luas penampang
penghantar (m2)
Di mana secara fisis rumus tersebut dapat di
artikan jika panjang silinder konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi akan
meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor diturunkan yang berarti luas
penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Di mana ρ adalah
resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm,
resistivitas R dirumuskan :
Sehingga didapatkan nilai resistivitas (ρ) :
Ø
Konduksi secara elektrolitik.
Sebagian besar batuan merupakan konduktor
yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada
kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi
oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor
elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik
dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume
dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar
jika kandungan air dalam batuan berkurang.
Ø
Konduksi secara dielektrik.
Konduksi ini terjadi jika batuan atau
mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral
tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron
dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh
medan listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi. Peristiwa ini tergantung
pada konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan, contoh : mika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar